Beberapa
Pandangan Mengenai Kematian
“Sesungguhnya
mati adalah janji yang ditepati. Kematian itu berdiri bagai kolom-kolom cahaya
antara ranjang di mana ia berbaring dengan jarak tak terjangkau”.
“Apabila engkau dengan sungguh hati menangkap
hakikat kematian, bukalah hatimu selebar-lebarnya untuk wujud kehidupan, sebab
kehidupan dan kematian adalah satu, sebagaimana sungai dan lautan adalah satu”.
Khalil Gibran
Membaca judulnya saja, pembaca akan menerka-nerka apa maksud penulis menyampaikan ini.
Tidak ada hal besar yang membuat saya menulis ini, tulisan ini sudah saya tulis sejak tahun 2015, dalam suatu perziarahan singkat saya.
Pemahaman Kematian dari beberapa sudut pandang.
Kematian adalah akhir dari kehidupan,
ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup
mengalami pembusukan. Bagaimanakah rasa kematian? Dapat saja dikatakan bahwa kematian
itu sebagai suatu hal yang menyenangkan, atau bahkan hal yang paling
mengerikan. "When life ends, the
mistery of life begins".
Orang akan memulai hidup kekal
setelah kematian. Kematian itu misteri yang tak terpecahkan, yang dapat kita
lakukan sekarang hanyalah berbuat kebaikan. Serta apa yang diperintahkan dalam
ajaran yang diimani, agar mendapatkan kehidupan kekal itu.
Mati menurut Al-Quran,
adalah terpisahnya ruh dari jasad, sementara Hidup adalah bertemunya ruh dengan
jasad. Kita mengalami saat terpisahnya ruh dari jasad sebanyak dua kali dan
mengalami pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula. Terpisahnya ruh
dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam ruh, ini
adalah saat mati yang pertama. Seluruh ruh manusia ketika itu belum memiliki
jasad.
Pada saat hidup yang kedua, Allah
menciptakan jasad yang baru dihari berbangkit, jasad baru itu akan hidup
setelah Allah memasukan ruh yang selama ini disimpan dialam barzakh kedalam
tubuh tersebut. Kehidupan yang kedua ini adalah kehidupan yang abadi, tidak ada
lagi kematian atau perpisahan antara ruh dengan jasad sesudah itu.
Proses hidup dan mati diatas ternyata
yang mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad, sedangkan ruh tidak pernah
mengalami kematian dan musnah. Ruh tetap hidup selamanya, ia hanya berpindah
tempat, mulai dari alam ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan terakhir dialam
Akhirat.
Dalam Kejadian 2:7 menjelaskan bahwa manusia itu berasal dari debu, lalu diberi
nafas hidup oleh Allah.
Dan tentang kematian ditulis pada Kejadian
3:19 Kematian, pada akhir kehidupan,
manusia akan kembali menjadi debu, tetapi rohnya akan kembali kepada Allah,
Sang Penciptanya, lihatlah roh tidak mati. dan tertulis dalam Pengkhotbah
12:7 Dari debu kembali menjadi tanah
seperti semula, dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.
Spirago-Clarke,
pengarang buku The Catechism Explained-An Exhaustive Explanation of the
Catholic Religion, menyebutkan bahwa segera setelah kematian,
maka jiwa kita akan diadili, yang disebut Particular Judgment atau Pengadilan Khusus. Pengajaran ini selaras dengan
ajaran St. Agustinus, yang mengatakan ‘Begitu jiwa meninggalkan tubuh, maka
jiwa tersebut diadili’. Juga seperti yang dinyatakan dalam Alkitab, pada kisah
yang dialami oleh Lazarus dan orang kaya itu setelah kematian mereka, Luk 16:16-31. Demikian pula Rasul Paulus
mengajarkan, manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah
itu dihakimi.”Maka di saat kematian kita akan diminta pertanggungan jawab atas
urusan kita. Tuhan sendiri telah mengajarkan bahwa gaji pekerja tidak
boleh ditunda, maka Ia sendiri pasti memenuhi peraturan tersebut, dan Ia akan
memberi penghargaan kepada mereka yang telah melakukan tugasnya di dunia dengan
setia seturut perintah-perintah-Nya. St. Ambrosius : ‘Kematian adalah
penghargaan perbuatan baik, mahkota dari panen’.”
Umat Katolik menyadari bahwa Tuhan Yesus akan duduk sebagai Hakim, seperti yang
sudah IA sampaikan pada Malam Perjamuan Terakhir, Yesus berjanji kepada para
rasul-Nya untuk datang kembali setelah kenaikan-Nya ke surga dan untuk membawa
mereka kepada diri-Nya, yang bisa dibaca pada Yoh 14:3.
Roh
manusia yang meninggal tidak tinggal 40 hari di bumi, namun langsung diadili
oleh Yesus, dalam Pengadilan Khusus, yaitu pengadilan khusus pribadi orang
tersebut.
Pada beberapa pada riwayat hidup para Orang Kudus, dan kaum mistik yang kita
kenal di Gereja Katolik, mereka mendapat pengalaman dikunjungi oleh jiwa-jiwa
yang ada di Api Penyucian yang memohon doa dari mereka, agar jiwa-jiwa ini
dapat segera beralih ke surga. Padre Pio dan Maria Simma adalah contoh dari
mereka yang pernah dikunjungi oleh para jiwa di Api Penyucian tersebut suatu kondisi’pemurnian
jiwa.
Budha mendefinisikan bahwa kematian atau kepadaman unsur-unsur
batiniah dan jasmaniah pada
tiap-tiap saat akhir (bhanga).
Kematian pada dasarnya diakibatkan
oleh empat macam sebab, yaitu habisnya
usia (Ă¢yukkhaya), akibat perbuatan penyebab kelahiran serta perbuatan pendukung (kammakkhaya), akibat perbuatan (ubhayakkhaya), atau terputus
oleh kecelakaan, bencana atau malapetaka (upacchedaka)
Empat sebab kematian ini dapat
diumpamakan seperti empat sebab kepadaman pelita, yaitu karena habisnya sumbu,
habisnya bahan bakar, habisnya sumbu serta bahan bakar dan karena tertiup
angin.
Umat Hindu mempercayai bahwa
penjelmaan dan kematian adalah sebagai pandangan jiwa beralih daripada satu
badan ke satu laluan untuk mencapai Nirwana, yaitu syurga. Kematian adalah satu peristiwa yang menyedihkan. Manakala
sami-sami Hindu menekankan pengebumian adalah satu penghormatan dan tanda
peringatan kepada si mati. Masyarakat Hindu
membakar mayat mereka, percaya bahawa pembakaran satu mayat menandakan
pembebasan semangat dan api adalah mewakili shiva, yaitu dewa pemusnah.
Semoga tulisan singkat ini, membantu kita lebih memahami tentang makna sebuah kematian.
Salam
Maria Goretty Nereng