Saturday 20 November 2010

Ucapan Terimakasih dan rasa syukur ku , kepada semua pihak yang telah membantu hingga semua ini berjalan dengan mudah dan lancar.


1. Keluarga yang sangat luar biasa membantu mendoakan, memberikan support tak terhingga, membuatku tetap kuat berdiri menghadapi semuanya, suami dan anak anak, Seluruh keluarga besarku, Mama, Mami, adik adik dan para ponakan, saudara sepupu, teman teman organisasi Wanita Katolik RI, Persekutuan Dayak Kalimantan Timur, teman temang Lingkungan St Agustinus BB, Pastor dan teman teman di Gereja katolik St Petrus & Paulus, St Theresia, St Klemens, baik yang terlibat secara langsung, maupun yang selalu mendoakan ku dari jarak jauh, senantiasa dari waktu ke waktu. teman - teman Alumnirk Balikpapan.


2. Total Indonesie , Balikpapan, Jakarta, yang telah mendukung penuh semua biaya pengobatan yang menghabiskan begitu banyak biaya, Dr Susanto, Dr Rohadi dan segenap perawat dan karyawan , yang sangat membantu melancarkan kemudahannya, memberikan support , moril, nasehat.


3. PT Sunlife Financial Indonesia, Pimpinan dan karyawan...Bpk Harjanto T, Benny Hersussatio, yang memberikan kemudahan dalam mengatur waktu , ketika harus menjalankan terapi ini.
juga membantu kelancaran klaim CCR


4. Dr Walta Gautama, dan seluruh dokter yang membantu sejak proses berlangsung , perawat perawat, baik yang berada di RS Keluarga Mitra Kelapa Gading Jakarta, RS Kanker Dharmais, RS Pertamina Pusat, RSCM Jakarta,


5. Teman - teman YKI, CISC, bersama mereka aku tetap kuat dari waktu kewaktu.


6. beberapa nama - nama yang sudah kusebutkan dalam kisah ku...

semua orang yang kutemui sebelum dan sesudah semua ini, semua adalah rencana Nya, kita semua dipanggil untuk terlibat dalam proses Kasih Nya....
mari bersyukur selalu kepada Allah Bapa... karena kita dipakai untuk menjadi bagian dari Rencana Nya.



...ucapan ini akan di edit terus menerus, mengingat banyak nama yang mungkin akan terlewat.
Sepucuk Surat untuk seorang sahabat
by Retty Nereng on Sunday, June 13, 2010 at 2:05pm

Mas ....
Kalau Ticket ku sudah siap di issued, mungkin aku harus segera pulang.
Sebenarnya aku berharap, juga kalau boleh meminta aku ingin tinggal beberapa waktu menemani anak anak bertumbuh, mendampingi mereka, mengantar mereka hingga tuntas pekerjaan utama ku sebagai seorang ibu.

Setiap kita memegang satu Ticket untuk Pulang, Tampaknya menjelang jam keberangkatan pesawatku kita bertemu, aku senang bertemu dengan mu, banyak hal yang bisa kupelajari , sesuatu yang bijaksana, sesuatu yang berbudi luhur, nilai nilai kehidupan yang sudah lama terselip dalam perjalanan hidupku, kehadiran mas , seperti mengantarkan barang - barang yang hampir tertinggal, karena dirumah nanti aku akan ditanyakan, mana - mana semua yang dulu diberikan padaku, tertinggal dimana ?

Kemarin , ketika aku mengantar pulang teman ku, aku berbisik kepadanya" selamat jalan teman...kalau kau ketemu dengan Bapa disana, tolong sampaikan..aku masih perlu beberapa waktu lagi untuk anak - anak ku "
Mas...kalau sedang berbincang dengan Bunda...tolong sampaikan pesan ku ini, agar Bunda menyampaikan kepada Bapa...bahwa aku masih perlu beberapa waktu lagi... apakah jadual di ubah, waktu diperpanjang, penerbangan di tunda, apalah caranya,
Bunda tahu persis bagaimana melakukannya, seperti ketika di Pesta Perkawinan di Kana, saat Mukjizat pertama terjadi.

Sudah begitu banyak mukjizat yang terjadi dalam kehidupan ku setiap saat kurasakan, namun aku terus meminta kepada Bunda.

Terimakasih mas sudah menemaniku
MULIAKAN LAH , TINGGIKANLAH ALLAH
....dalam perjalanan kemo ketiga....
by Retty Nereng on Wednesday, August 19, 2009 at 10:23pm

Hari ini , adalah hari chemotherapy ku yang ketiga , dari enam program yang harus kulalui walaupun sudah yang ketiga, tetap saja penuh dengan kejutan - kejutan yang tak pernah terduga.

Seperti hari ini, seharusnya dimulai seperti biasa saja, namun karena hari ini aku akan menggunakan proses yang berbeda, yaitu melalui implant yang sudah tertanam didadaku.

Seharusnya semua berjalan lancar ya, karena alat ini memang untuk mempermudah proses recovery ku.
Sejak semalam , tgl 18 Agustus, aku sudah dirawat di sebuah RS ,
Keesokkan paginya, ternyata aku di berikan vitamin sebanyak 1000 cc yang harus di masukkan dalam tubuh ku via infus.
sebenarnya aku sedikit kecewa, karena aku tidak merasa memerlukan vitamin ini, aku sudah cukup konsumsi vitamin.
Tapi entah kenapa pagi itu aku tak ingin bersikeras, setelah menelpon dokter pribadiku, dia hanya mengatakan jenis obat tersebut, dan keputusan memakainya kembali pada keputusan ku. suster yang khusus merawat ku pun , tidak memberi koment apapun, akhirnya aku pasrah saja obat itu dialirkan ke tubuh ku. sambil berdoa, bahwa tentunya ini yang terbaik dari NYA, aku selalu pasrah dan bersandar pada NYA, ketika aku tidak mampu melakukan sesuatu bahkan terhadap tubuhku sendiri.

Berdoa, agar apa yang masuk kedalam tubuhku, adalah yang terbaik dari NYA, dan tidak ada kesalahan medis,, semua dilancarkan.1000 cc vitamin dimasukkan kedalam tubuhku lewat implant yang ditanam, proses menggunakan nya juga cukup ribet, beberapakali harus di ulang, cukup menegangkan, tapi ya mau apalagi, saya pun berharap semuanya bisa berakhir dengan lancar.
Yang terjadi....adalah entah kenapa, dan salah dimana, yang kutahu dada ku membengkak...diakhir proses infus ini, berarti vitamin tidak mengalir baik dan benar, tapi tampaknya seperti mengalami kebocoran, entah merembes, entah apalah, aku tak tahu....kecewa dan sedih karena proses itu gagal.
secara medis proses itu dikatakan gagal, tapi saya harus bersyukur utk kegagalan ini.dan PUJI TUHAN saya bisa melihat satu hal luarbiasa terjadi dibalik kegagalan ini.
Andai saja saya menolak menerima vitamin itu sudah dipastikan cairan kemo itu lah yang akan tumpah didadaku dan itu berarti dadaku yang terbakar oleh cairan itu, dan akibatnya fatal untuk tubuhku dan untuk itu kembali aku mengucapkan syukur kepada BAPA,
Dia perlihatkan kegagalan itu, tapi untuk sesuatu yang luarbiasa dalam kehidupanku.
Kemo dilanjutkan dengan cara biasa, lancar, dan tak ada problem, lebih mudah daripada yang pertama dan kedua.

Saya tidak menyalahkan siapapun dalam hal ini,
saya bahkan bersyukur...kita sering mendengar dibalik kegagalan selalu ada hikmah.dan hari ini saya mengalaminya.
bila aku menceritakan ini, semuanya untuk KEMULIAAN NYA, PUJILAH BAPA, kasihnya sungguh luarbiasa.
SEGALA HORMAT DAN PUJI HANYA BAGI MU BAPAALLAH KU YANG MAHA KASIH, MAHA TINGGI
sungguh kurasakan kasih MU yang begitu Indah dalam hidupku

Bila anda membaca tulisan ku ini,
segeralah Panjatkan Syukur pada NYA, muliakanlah, Tinggikanlah ALLAH
Ketika BAPA bekerja di rumah ku
by Retty Nereng on Tuesday, August 11, 2009 at 9:12am

Cerita ini, hanya permenungan pribadi bagi ku, bila anda merasakan indahnya itu karena BAPA,

Suatu senja menjelang malam, dihari jumat yang terasa kering. Aku memutuskan untuk mengantar putri kecilku bermain dimall. di depan halaman rumah kami, yang tak berpagar itu, lewat seorang remaja tanggung dan berhenti didepan rumahku, wajahnya memelas, hampir setengah menangis ia bercerita padaku.anak itu minta aku mempekerjakan ia di rumahku dan berharap uang imbalan sepantasnya untuk bayaran uang sekolah,karena bila besok ia tak melunasi hutang sekolahnya, maka ia akan dikeluarkan dari sekolah.

aku langsung berpikir, ini anak siapa ? kutanya padanya, ternyata anak seorang buruh tukang cuci, yang ayahnya entah dimana.pertanyaan selanjutnya, pekerjaan apa yang bisa kuberikan pada anak ini pada senja menjelang malam, dan saya juga tidak tega mempekerjakan anak pada malam hari dan besok ia masih harus sekolah.

lalu saya bilang, " datang saja besok siang atau minggu , nanti saya kasih kerjaan, kalau sekarang sudah malam, gak ada kerjaan"anak itu berlalu dengan muka sedih dan langkah gontai, saya memastikan sendiri dalam hati , bahwa apa yang saya sampaikan bener kan ? Namun baru kusadari, bahwa anak itu memerlukan uang buat besok pagi.hal lain aku baru saja membaca sebuah cerita tentang seorang ibu yang membantu seseorang yang tidak dikenalnya, dan ternyata anak ibu itu juga menerima kebaikan dari orang yang tak dikenalnya ditempat yang berbeda, moral storynya, tetaplah berbagi kebaikan dengan siapa saja, tanpa berpikir apakah kamu merasa dirugikan atau tidak.

tergerak hatiku dan mengejar anak tadi, dan kulihat dia duduk di pembatas jalan yang gelap, duduk kecapean, ' berapa uang yang kau perlukan untuk sekolah besok ' kusapa dari jendela mobilku yang kubukaanak itu tampak tekejut melihat ku' 80 rb bu' mukanya menyimpan tangis, tidak tampak wajah remaja lelaki yang nakal seperti biasanya.hatiku terenyuh melihat wajahnya .kukeluarkan 2 lembar 50 ribuan dan ku berikan padanya.

'tapi saya belum kerja untuk ibu, sy tidak mau terima bu' anak itu mengelak uang dariku

' ambil saja uang ini, besok kau datang kerumah dan sy kasih kerjaan 'anak yang masih duduk dibangku smp itu masih mengelak sekali lagi, tapi saya pastikan bahwa saya tidak apa apa , bagi saya apalah artinya uang seratus ribu, dalam sekejap saya bisa menghabiskannya untuk makan, minum, main main dlsbnya. namun anak ini membutuhkan untuk masa depannya.' kamu bayar uang sekolah ini, dan sekolah dengan benar 'saya masih berpikir apakah tindakan ini benar atau tidak, apakah aku ditipu atau tidak ? tapi saat itu saya ikuti saja nurani ku.

Kemudian saya berangkat ke Jakarta keesokan sabtunya dan anak itu pun tidak pernah muncul di rumah, walaupun sy sudah memerintahkan kepada pembantu pekerjaan apa yang diberikan bila anak itu datang kembali kerumah.dan sy pun tidak berpikir bahwa sy sudah ditipu, sy sdh menolong seorang anak dari kesusahannya.dan berharap dia pun akan berbagi kebaikan kelak.

Beberapa waktu kemudian....anak sulungku berangkat ke Jogja untuk melanjutkan kuliahnya.hari ketiga ia di Jogja ia harus menjalani operasi, hati ibu mana yang tak sedih, khawatir , was was, aku di Jakarta, pasca operasi , tak berdaya saat itu, tak bisa disampingnya, aku hanya bisa menangis, pasrah dan berdoa.

Tuhan memberiku penghiburan yang luar biasa, putraku sukses dioperasi dengan diagnosa yang benar, dan didampingi begitu banyak kerabat dari balikpapan yang sudah lama tak jumpa.bahkan lebih banyak tamu yang hadir besuk anak ku dari pada yang besuk aku ketika aku dirawat di rs.ada keluarga Pak Murdiono - Mb Lilik yang mendampingi anak ku sebagai keluarga, menandatangani persetujuan operasi, ada Ibu Dharsono, Mb Erna, Pak Hubertus Liga, Pak Robert Kodong, Keluarga Pak Haryanto, kel Pak Suyoto dan ibu, ada teman - teman anakku, dan keluarga, yang tak bisa kusebutkan satu persatu, dan begitu ramai kamar anakku, luarbiasa anakku menerima penghiburan yang datang dari padaNYA.

Ketika kurenungkan kejadian ini, aku tiba - tiba teringat anak yang pernah kubantu itu.

BAPA yang sudah "bekerja" dirumahku, lebih daripada yang sudah aku berikan.Syukur dan Puji kepada BAPA, kasihnya sungguh ajaib dan luarbiasa.

Friday 19 November 2010

Bersahabat dengan CANCER
(Kisah ini ditulis untuk memuliakan Allah dan membantu menguatkan mereka yang membutuhkannya)
Back ground



Kehidupan itu tak pernah stop disatu titik….tidak akan berhenti dan jangan berusaha untuk memberhentikannya….
Hidup itu sebenarnya sungguh indah, ketika kita tahu cara memandangnya, maka bersyukurlah setiap saat agar hidupmu menjadi lebih bermakna, pertama bagi dirimu, kemudian bagi orang –orang disekitarmu dan selanjutnya untuk semua orang yang belum dan akan mengenalmu.
Aku dikenal dengan nama Retty Nereng dan demikian memang aku sering dipanggil.
Aku dilahirkan di sebuah kota di Kalimantan Timur di tahun 1966 di bulan Agustus, daerah yang jauh dari polusi udara, dilahirkan , dibesarkan dan menikah.
Sekitar enam tahun aku pernah tinggal di luar kota, ketika harus menyelesaikan pendidikan ku.
Latar belakang kehidupan ku sebenarnya sangat sehat, ayah ku belerja di Pertamina, memastikan bahwa kehidupan ku selalu terjamin kesehatannya.
Dan pekerjaan ku sesudah nya juga memberikan uang yang cukup bagiku untuk menikmati makanan dan kehidupan yang sangat sehat.
Seharusnya dengan latar belakang yang sempurna ini, aku tidak perlu terkena suatu penyakit yang mematikan dan mengerikan.
Tetapi itulah yang namanya kehidupan, semuanya serba misteri dan tak bisa ditebak dengan mudah.
Sehingga bukan harus berlari menghindari, tetapi bagaimana menyikapi kondisi itu dengan bijak.


VonisDi bulan April 2009 aku di vonis memiliki segumpal daging yang oleh Dr Walta Gautama Sp Onk di kategorikan kanker payudara ganas dengan stadium 2B.
Saat dokter menyampaikan hal itu, aku berusaha tampak tegar, walau sebenarnya aku mengalami rasa takur yang tramat sangat, apa yang harus kulakukan setelah ini, segalanya menjadi blank, rasa takut dan dingin mulai menjalar diseluruh wajahku dan tubuhku.
Kulewati malam itu dengan kesendirian ku, rasa galau tetap ada…menyelimuti hatiku, membuatku menangis tersedu sedu untuk sesuatu yang tak kutahu mengapa…yang ada aku hanya takut menghadapi kedepan nya seperti apa.
Tapi bagiku kemudian ini adalah bagian yang sangat wajar dan berguna bagi tubuh dan jiwaku untuk mengosongkan hati membuang segala hal negative dalam jiwaku, membuang rasa takut, rasa gelisah, kekecewaan, sakit, marah , kepada alam yang bagiku saat itu tak adil.
Teringat akan nasehat dokter, jangan tanyakan “ mengapa ini terjadi padaku “ tetapi bagaimana harus kulewati setelah ini.
Puas menangis dalam selimutku, aku bangkit menuju sebuah cermin, untuk berbicara dengan diriku, seperti yag sering ku lakukan sebelumnya,
“ Tuhan Syukur dan Terima kasih untuk sakit atau keadaan yang kau taruh dalam diriku, semua terjadi tentu ada sebabnya dan aku tak menyesali semua yang terjadi; tubuhku bukan milikku, jiwaku pun bukan milik ku, ia milik Sang Pencipta, sang Pemilik kehidupan ini, maka terjadilah padaku menurut kehendak Sang Pencipta “
Dan satu perasaan yang hadir , ketenangan yang teramat sangat, tiba tiba aku sudah tak menangis lagi, aku menemukan diriku sudah bisa tersenyum, bahkan ada satu sukacita yang terasa disana.
Dan aku mulai menaikkan syukur pada NYA ; maka segalanya menjadi begitu indah
“ Ku naikkan syukurku…buat hari yang kau bri
Tak habis habis nya kasih dan sayang MU
Slalu baru dan tak pernah terlambat pertolongan MU
Besar setia MU dispanjang hidup ku “
……………….
“ Allah kuasa melakukan segala perkara
Allah ku maha kuasa
DIA cinta kau …..Allah ku maha kuasa”

Luar biasa satu hari telah berhasil kulalui dengan segala ketenangan, sesekali masih ada airmata menggenang, tetapi sangat wajar di hari yang pertama ini.
Kuputuskan di awal ini, aku tidak menginformasikan secara detil keadaan ku ini , aku hanya mengatakan bahwa ada sebuah benjolan yang sedikit mencurigakan, aku belum siap menghadapi tatapan mata penuh rasa kasihan, karena itu akan mengecilkan hatiku, dan aku tahu itu sangat tidak baik bagi perkembangan jiwaku saat ini.

Ku pikir aku harus melakukan sesuatu yang membahagiakan diriku, setelah sesuatu yang telah dihadapinya, kebetulan aku sudah memutuskan untuk mengganti kendaraan, maka aku hadiahkan diriku sebuah kendaraan baru, aku memotong rambutku lebih pendek, agar lebih segar, dan lebih banyak berbagi sukacita kepada orang lain; Life is so beautiful, enjoy it.

Aku mulai merubah pola makanku, melakukan diet seimbang, maan makanan sehat, menambah porsi makan, karena aku akan melewati operasi dan serangkaian terapi penyembuhan maka tubuhku harus kuat.

Sampai saat itu keluarga besarku belum tahu tentang penyakitku yang sudah serius.
Bukankah hidup ini indah, mengapa harus kurusak dengan membuat mereka sedih dan menangis, bukankah semuanya juga akan berlalu dan berakhir dalam kemuliaan Allah Bapa
Aku beli sebuah buku tulis untuk aku menulis kisah ku ini; aku tahu ini adalah moment terindah dalam hidupku yang tak boleh dilewati begitu saja, setiap orang harus tahu dan dapat belajar bagaimana ketika mereka harus menghadapi hal serupa yang ku terima.

Namun walau aku tak bercerita secara detil, aku tetap bercerita kepada siapa saja, karena ku ingin mereka turut andil dalam Karya Illahi ini.
Dukungan - dukungan



Ada seorang bapak bernama Benediktus Tedjasendjaja, pertemuan kami memang sebuah kebetulan, tetapi tentunya sudah diatur oleh Bapa…aku pun berkeluh kesah padanya di email, dan beliau mengirimkan begitu banyak artikel tentang cancer, dan itu sangat berguna bagiku, bahkan lewat beliaulah akhrnya aku mengenal Dr Walta Gautama, beliau rutin mengirimkan artikel, dan secara khusus berdoa untuk ku.
“ terima kasih Bapa, untuk seorang sahabat yang Kau kirimkan padaku dimasa sulit ini, limpahkan kesehatan ; kesejahteraan ; sukacita kepada beliau dan keluarganya “

Banyak hal yang kupelajari dari beliau, bagaimana memperlakukan setiap orang yang ku jumpai, bagaimana menyapa mereka, bagaimana bersahabat dan berbagi dan menyampaikan kabar sukacita dan membawa firman Tuhan kepada siapa saja yang dijumpai.
Maka aku mencontoh dan meneladani sikapnya dan untuk ku berbagi kepada siapa saja.

Kekuatan pun kudapatkan dari Mgr Johannes Pujasumarta; beliau adalah Uskup Bandung, beliau , sosok yang sangat humble dan merakyat, beliau sangat kebapakan, aku senang berbincang dengan beliau, dan selalu memberi kekuatan kepadaku.
Dalam sakit ku, Bapa mengirimkan aku seorang Romo Monsinyur pendamping dan pendoaku.

“ Bapa, puji syukur untuk Romo Monsinyur yang engkau adakan bagiku
Kuasa indah yang terjadi dalam hidupku
Boleh mengenal beliau lebih dekat, mengenal Bapa dan Kasih Bapa
dalam kehidupanNYA”
Aku selalu mohon doa kepada setiap orang yang kujumpai , untuk menambah kekuatan padaku, aku sangat membutuhkan doa doa mereka untuk membuatku siap menghadapi oerasi nanti.

Hari hari menjelang operasi, aku sangat memanjakan diriku, karena aku tahu setelah operasi dan hari hari cemo nanti, aku tak kan punya waktu yang cukup

Bersama adik adikku Titin dan Susan kami ke Margo City, berbelanja dan berfoto…kami buat dalam bentuk Pin, itulah foto terakhirku sebelum operasi.
Malam harinya, bersama mami kami berdoa secara khusus berdoa untuk ku.
Telepon dan SMS dari teman teman, sangat membantuku , membuatku sangat terharu, luar biasa perhatian mereka padaku, yang mengalir setiap hari

Dukungan juga datang dari seorang yang special buatku Oom Joesoef Ismail, demikian aku menyapanya, beliau adalah orang yang pertama kali mendengar share ku, dan kemudian mengirimkannya kepada milist alumnirk, sehingga banyak dukungan datang dari teman teman alumni smprk Balikpapan.

Menjelang operasi, beliau mengirimkan saudaranya untuk mendampingiku, Tante Irene Coleta, dia sangat prihatin dan care dengan kondisiku, dan beliau juga melakukan meditasi untukku
“ Bapa di surga, terimakasih untuk seorang sahabat yang Engkau kirim bagiku,
Persahabatan ini indah sekali; ajaib;
Bapa berikanlah beliau kesehatan, rejeki, kekuatan, kebahagiaan
Kumencintai oom dan tante, kasih mereka indah dalam hidupku”

Persiapan



Ada beberapa perasaan yang mesti kupersiapkan, yaitu perasaan anak – anak ku yang kucintai, Aden, Dimas dan Bea
Mereka tentu sangat kuatir , cemas terhadap kondisiku ( Oom JI minta aku tidur bertiga, dimalam terakhir sebelum aku operasi )

Aden bertanya “ Apakah semua ini mesti dilewati dengan operasi ? harusnya ibu berpikir positif, jika ibu berpikir sembuh, ibu pasti sembuh “ tampak sekali ia sangat mengkhawatirkan aku.


Lain lagi dengan Dimas, ia bertanya dengan polos , “ ibu apakah operasi besok akan menyebabkan kematian ?

Sambil tertawa ia menanyakan hal itu, karena ia memang sangat takut dengan kematian, pertanyaan lucu dari seseorang yang ingin menjadi dokter.

Dan aku juga baru tahu bahwa adikku Susan, Titin dan mami sangat khawatir dan prihatin, mereka cemas dan bingung.

Namun aku membawa mereka kepada diskusi, dan pandangan ku terhadap sakitku, ternyata banyak orang disekitarku yang tidak siap dengan sakitku ini.

Mgr Sului Florentinus MSF, Uskup Agung Keuskupan Agung Samarinda, Pst Basyir, Pst Wiyono, Pst Maratmo, Pst Teddy Aer MSF, Pst Lukas Huvang, Sr Hyasintha, suster dari PRR, teman teman dari Organisasi Wanita Katolik di daerah kerjaku di Kalimantan Timur, mereka terus mendoakanku, terima kasih sahabat hati, dan masih banyak sahabat sahabat yang setia mendukung dalam doa dan sapaan


Adapula seseorang yang terus mendampingiku, dia meluluskan semua permintaan ku sebelum aku melakukan operasi, karena aku tahu setelah itu, aku tak kan punya waktu bersama nya lagi.


Aku tak pernah bisa masuk keruang hatinya yang paling dalam, begitu rapat ia menyimpannya, aku hanya mampu menduganya saja.

Aku tidak memerlukan orang yang kuat, aku ingin sebuah pelukan hangat, airmata, kekhawatiran, kecemasan, kesakitan, agar aku bisa berbagi dengannya, memberikan sesuatu untuk nya, maka dengan demikian aku yang akan dikuatkan,
Lalu bagaimana dengan diriku sendiri ?
Tubuhku bukan tubuhku
Jiwaku bukan jiwaku
Semua bukan milikku
Semua hanya dipinjam kepadaku
Yesus sendiri menyerahkan Tubuh Nya pada Bapa
Ia mencurahkan darah Nya
Maka kupersembahkan
Tubuh ku, penyakitku, penderitaan ku kelak
Pakailah diriku untuk kemuliaan Mu
Menangislah untukku, tapi jangan terlalu lama
Agar kutahu kau sayang pada ku
Bertanyalah padaku, tetapi dengan kesabaran
Agar kutahu kau perhatian, peduli, care padaku
Sesali lah sakitku, tapi jangan menyalahkan ku
Agar ku tahu kau menerima diriku apa adanya.
Bernyanyilah bersamaku, bertepuk tangan
Karena kita memuji Allah Bapa
Naikkan syukur; pujilah Bapa
Karena Dia pemilik kehidupan ini

Dihadapan anak – anak kuceritakan semua prosedur terapi yang akan kulalui, dan aku menangis dihadapan mereka.

Dimas akhirnya mendampingiku ke Jakarta,

Perhatian dan dukungan khusus datang dari ibu Tati Kosasih alm, beliaulah yang menelpon dan menjelaskan tentang cancer dengan sangat detail

Bu Tati terus mendampingiku ketika aku sudah tiba di rumah sakit, kami berbincang sangat lama, ia berbagi kekuatan dengan ku, menjadikan aku jauh lebih tenang, Luar biasa Kasih Allah Bapa.
Terapi terapi



19 June 2009, aku memulai hari baruku
Jam sepuluh pagi aku sudah mulai puasa karena jam 16.00 aku akan siap di operasi, sore hari aku mengajak saudara saudaraku untuk berdoa bersama, aku sendiri yang memimpin doa tersebut.

Siang harinya aku membersihkan diriku, menyentuh setiap sudut tubuhku, terutama payudaraku, yang kutahu bahwa segala sesuatu akan berubah sejak nanti sore.

Kunikmati mandi sore itu.

Ketika akhirnya petugas rumah sakit menyerahkan baju operasi , aku memakainya, dan siap digiring masuk kamar operasi.

Yesus kasihanilah aku
Yesus sembuhkanlah aku
Yesus selamatkanlah aku
Yesus bebaskanlah aku

Satu rasa kedinginan yang teramat sangat menyergap tubuhku, pertama karena ruangan lebih dingin dan kedua kadar gula sudah menurun akibat puasa.


Aku kemudian hanya bisa bernyanyi dan berdoa mohon kehangatan dan kekuatan.

Dan memang sungguh besar kasih Bapa, aku merasakan kehangatan mengalir dalam tubuhku. Aku sangat siap menghadapi proses ini semua.
Kuyakini dan ku imani, Allah memimpin operasi ini

Empat jam berlalu…

Aku mendapatkan diriku menggigil kedinginan, dan perawat memasukan blower hangat dalam selimutku, dan ternyata saat itu tensi ku naik hingga 170/110…
Hal pertama yang ku minta, adalah minta adikku menyanyi lagu syukur untukku, dan meminta mereka untuk tidak bercerita apa pun tentang hasil operasi padaku.

Bernyanyi ternyata memberi dampak ketenangan, sayangnya adikku mengira aku mengalami depresi berat.


Dr Walta Gautama, menjelaskan segala sesuatu tentang keadaan ku, dan mengajakku untuk bisa menerima segala sesuatu…aku belajar mencari tahu maksud bicaranya….

Semua serba membingungkan aku…tapi aku mempersiapkan hatiku untuk pasrah.

24 June , aku sudah bisa menuis lagi, hal pertama ku tulis adalah,

Syukur untuk sebuah anugerah, bahwa aku masih diberi kesempatan untuk memperbaiki hidupku,
Syukur karena Bapa mau memakai hidupku, tubuhku, sakitku sebagai alat kemuliaan NYA
Bukan karena kecantikan aku dipakai NYA
Bukan karena kepandaian aku dipakai NYA
Bukan karena kehebatan aku dipakai NYA
Bukan karena kekayaan aku dipakai NYA
Supaya aku selalu bersandar pada NYA
Supaya aku selalu berharap pada NYA
Supaya selalu takut pada NYA
Ketika aku lemah disitulah aku kuat
Disaat aku kuat, sebenarnya aku lemah
Bersama NYA lah aku akan kuat selalu

Cancer tak boleh membuatku berubah kearah negative, justru harus menjadikan ku lebih positif hari demi hari.


Kemo pertama kulalui pada tanggal 8 Juli 2009


Ada rasa takut menyergap ketika aku harus melewati kemotrapi ku yang pertama, karena begitu banyak cerita cerita yang menyeramkan….ada yang mual hingga muntah, lemah tak berdaya, rambut rontok, diare berkepanjangan.


Namun dengan berbekal nasehat ibu Tati Kosasih, maka saya mempersiapkan 5 liter air mineral, buah buahan, biscuit yang akan disantap sepanjang obat obatan kemo mengalir di tubuhku.


Dokter juga memintaku untuk pasrah, dan mengajakku berpikir, bahwa obat obatan yang masuk seberapapun kerasnya, tapi semua untuk kesembuhan ku.


Pagi hari…suster suster masuk kedalam kamarku, dan mempersiapkan obat obatan tersebut.

Mereka menyuntik tanganku, memasukkan secara perlahan antibiotika, dan memasukkan obat kemo , juga anti mual, pengobatan berjalan sekitar 4 jam,
Dalam masa itu, beberapa pendoa datang, dan berdoa bersama
Kemudian seorang sahabat Ibu Mona Harahap bersama teman teman nya dari Lampung yang kebetulan berkunjung ke Jakarta, dengan sengaja mampir ke Rumah Sakit, untuk memberikan support kepada ku, dalam bentuk doa yang sangat indah.

Terapi hari itu berlalu dengan baik, walau tetap deg degan, menunggu apa reaksi dari obat keras tersebut, tapi Puji Tuhan…hingga keesokan harinya aku tak merasa apa – apa…hanya di siang hari aku mulai merasa panas seluruh tubuh, aku tahu obat mulai berjalan, kepala mulai terasa tegang , ( obat ini mempengaruhi tekanan darah ku ) namun sebelum pulang kerumah di Cibubur, aku menyempatkan mampir di ITC Kuningan untuk membeli laptop kecil untuk menyenangkan hatiku, hadiah dari seorang sahabat.


Selama seminggu aku merasa perasaan tak enak, mengalami konstipasi berlebihan, lemas, namun mami meminta aku terus tidak memikirkan perasaan tak menentu…


Seminggu berlalu aku mulai merasakan tubuhku mulai membaik, dan aku bisa pulang kembali ke Balikpapan.


Memasuki minggu ketiga, aku merasa seluruh kepalaku gatal gatal, dan aku mendapatkan beberapa rambutku mulai rontok, ketika aku mulai memegang rambutku, ternyata aku melihat rambutku mulai rontok dan aku menangis tersedu sedu, namun saudaraku Ronald Tontey justru menggoda dan membesarkan hatiku, itu artinya obat itu bekerja dengan benar …dan hatiku mulai merasa tenang


Tidak sampai tiga hari, aku sudah tak tahan dengan rasa gatal, dikarenakan akar rambut sudah tercabut semua, akhrnya kuputuskan untuk mencabut semua rambutku, dan memang rambutku habis…


Tidak sampai seminggu , aku menggunduli rambutku yang masih tersisa.

Dan ternyata kudapatkan satu perasaan yang luarbiasa senangnya, ternyata sesuatu yang negative, kalau kita buang dari seluruh tubuh kita, maka akan datang perasaan sukacita.

Setelah kemo ke empat 9 september 2009, aku merasakan gatal itu semakin menghebat, hampir setiap malam aku terbangun dan tak bisa tertidur dengan nyenyak karena rasa yang sangat menghebat itu.


Semalam sebelum aku pulang ke Balikpapan, aku merasakan lagi rasa gatal itu, dan teramat sangat, sehingga aku tak tahu lagi harus bagaimana.

Untuk menggaruk aku tak mau, akhirnya aku mulai berdoa mendaraskan Salam Maria beberapa kali, puji Tuhan aku tertidur kembali dengan nyenyak,
ketika aku terbangun lagi karena rasa gatal beberapa jam kemudian, aku sudah tahu, doa penyerahan kepada Bunda, kepada Bapa, adalah obat yang paling ampuh untuk mengatasinya.

Kucari rasa syukur apa yang paling pantas ku panjatkan dengan keadaan ku ini ( dokter tidak memberikan obat apappun, utk mengatasinya, karena aku juga tidak ingin selalu tergantung dengan obat , paling hanya mengolesnya dengan bedak yang aku temui di sebuah apotik yaitu Prickly Heat, ini bedak ketika aku masih kanak kanak dan terserang gatal gatal biang keringat, bedak yang kutemui tanpa sengaja.


Yah aku bersyukur diberi rasa gatal ini, andai aku diberi rasa mual , mabuk dan muntah, oh aku tidak bisa membayangkan alangkah sakitnya.


Aku bersyukur tidak diberi diare, tapi diberi sembelit, pada kemo pertama dan kemo kedua, pada kemo ketiga aku mengalami faeces yang sedikit lunak, tapi Puji Tuhan aku tidak perlu mengalami diare hebat.


Aku bersyukur, diberi keletihan dan kelinuan selama 3 kemo pertama, tapi di kemo keempat aku merasa sangat baik di hari hari pertama kemo kempat, aku bahkan biasa ketemu dengan teman teman, bukankah itu suatu anugerah Tuhan yang sungguh luarbiasa.


Aku bersyukur untuk segala hal yang Tuhan sudah berikan kepada ku, , apa yang di berikannya pada ku sungguh begitu luarbiasa, tidak banyak orang yang menerima anugerah ini,


Dan aku ingin menjadi anak Nya yang baik. Menjadi kebanggaan Nya.

IA menghibur aku dengan mengirimkan keluarga yang luarbiasa, mendampingi aku selama proses ini, ia mengirim teman – teman yang penuh perhatian, care, dan menghibur, ia ngirimkan dokter yang care pada ku dalam hal medis, juga perawat yang bersedia selalu mendampingiku, ramah, ia juga mengirimkan dana ku padaku, untuk ku selalu bersuka cita, dan bisa membeli apa saja keperluanku

Ia menyediakan segalanya bagiku, itulah kasihnya yang sungguh luarbiasa.

Ia mengirimkan ayat ayat kitabsuci yang membuat ku selalu terhibur
Terima kasih dan syukur kupanjatkan NYA .

Dalam pesawat Garuda, yang membawa ku pulang ke Balikpapan, setelah dua minggu aku meninggalkan keluarga.

Aku ingin mengucapkan syukur, karena IA mau memilih aku sebagai bagian dari kesayangan NYA, ya Tuhan jangan tinggalkan aku
Aku ini sangat lemah, hanya pada MU aku menyandarkan segala kelelahan, takut, sakit, lemah, kekuranganku yang semua terjadi padaku.

“Kunaikkan syukurku buat hari yang Kau bri , tak habis habisnya kasih dan sayang MU, selalu baru dan tak pernah terlambat pertolonganmu, besar setiamu didalam hatiku.”


Tuhan taruh aku selalu dalam hatimu.


I have a new wig in my fourth cemo, thanks God, wow, I look so pretty .

I love my hair. I love using it.
Berbagai hadiah wig dari saudara dan teman

Terimakasih Tuhan untuk kemo keempat dalam hidupku. Semuanya ini adalah pelajaran pelajaran berharga yang akan kubagikan kepada siapa saja yang bertemu dengan ku,

Agar mereka belajar bahwa KAU begitu indah dalam kehidupan ku, dan tentunya dalam kehidupan siapa saja.

28 september 20009

Hari ini adalah perjalanan ku kembali ke Jakarta , untuk serangkaian proses kemo yang kelima, aku masih pergi sendiri, karena masih akan kembali lagi minggu depan untuk selaanjutnya aku akan pindah sementara di jkt.
Aku ingin membawa bea bersama kuuntuk menikmati hari yang cukup panjang selama aku berada di Jakarta
Mulai tangga 21 oktober hingga akhir November , mungkin ada sekitar sebulan aku akan tinggal disana

Memasuki kemo kelima ada satu perasaan yang mulai enggan , karena mungkin merasa sangat kelelahan

Aku berpikir bahwa, sudah waktunya aku memikirkan hal yang terbaik apa yang harus ku lakukan agar aku bisa semangat melewati proses ini.

Perasaaan ku pada kemo ke lima, ada rasa takut, malas, kecewa, setelah “gagal”nya cellsite bekerja dalam diriku

Perasaan itu tentu saja wajar dalam diri dan hatiku.
Mengingat alat yang tidak murah, perjuangan melawan rasa sakit sejak, tubuhku menerima alat tersebut, semuanya menjadi sia – sia ketika dokter memutukan untuk mengangkat nya kembali.

Maka ketika rabu aku di bedah ulang untuk diangkat alat tersebut, walau ada rasa takut, tapi aku lebih tenang, pasrah bercampur kecewa, membuatku tak bergairah.

Aku bersyukur aku sadar dengan baik . dan segera dikembalikan ke kamar ku kembali.
Dan ketika aku menghadapi kemo kelima , mereka mendapatkan tanganku sudah bengkak, sehingga mereka mulai mencari nadi ku yang lain.
Itupun aku sudah pasrah. kulewati kemo kelima dengan biasa biasa saja.
Ketika aku melewati masa – masa paska kemo, aku merasakan tubuh yang sedikit lelah, bahkan agak sulit kebelakang.
Hari ketiga malam keempat, aku mulai merasakan tubuhku enakan, dan aku sudah tak bisa tidur lagi,
......to be continued..........

Sehingga malam itu aku banyak merenung kembali.

Kurasakan kasih Bapa yang begitu indah dalam hidupku, dimana aku boleh merasakan kasihnya.
Setelah kurenung renung, Bapa tidak pernah berbuat kesalahan dalam hidup ku dan dalam hidup siapapun, apa yang terjadi, ya memang sudah kehendakNYA, IA tak pernah keliru dalam berencana, semua ada sebabnya, namun aku saja yang belum mampu memahaminya.
Menurut pikiranku manusia, itu ku kata kan kelalaian, namun bagi Tuhan itu memang sudah bagaian dari rencanaNYA, ketika aku memahami itu, airmataku menggenang, dan kemudian mengalir, kurasakan kuasaNYA sungguh indah dalam hidupku.

Namun aku tak berani berandai andai mengapa IA membiarkan semua itu terjadi dalam kehidupanku, aku menerimanya, aku pasrah, aku meyakini bahwa itulah kehendakNYA.

Apakah aku tampak lemah karena seolah pasrah pada BAPA, bagi manusia aku mungkin terlihat lemah, tak berdaya, kenyataannya aku memang tak berdaya menghadapi ini semua, dan kupasrahkan seluruh diriku, sakitku, perlakuan bagi tubuhku kepada BAPA.
Hampir masuk jam empat pagi, aku tetap tak bisa tertidur, pikiranku terjaga, dan terus berbincang dengan hatiku, airmataku terus mengalir, namun bukan airmata kesedihan, melainkan airmata sukacita, IA mengajakku untuk merenungkan semua kejadian ini, IA tak ingin aku terus larut dalam penyesalan, pertanyaan yang tak pernah terjawabkan.

Setiapkali aku merasa bimbang IA selalu datang memberi jawaban. Terima kasih BAPA untuk segala perhatianMU yang luar biasa bagiku.

Ku serahkan seluruh tubuh ku dalam perlindunganMU, aku memang lemah, maka aku tetap bersandar padaMu.

Aku tetap menghunjukkan syukurku, karena lagi lagi Ia terus menjagaku, tak ada rasa sakit yang berarti dari kemo ini, sungguh puji Tuhan, aku selalu merasa sehat, Ia menjagaku dari flu disekitarku, Ia menjagaku dari penyakit penyakit yang bisa saja menghampiriku dan menyerangku.

Ia bahkan memintaku untuk menjadi bagian dari kesembuhan orang lain.
Aku mulai mencari cari sebab, mengapa IA berkenan datang padaku, karena aku sebenarnya layak pada kasih NYA,
karena aku lemah maka IA mau menyembuhkan aku lewat sakit ini, agar setiap aku melihat tubuhku, aku teringat bahwa IA pernah datang padaku, dan meninggalkan jejakNya ditubuh ku.

Sebentar lagi aku akan memasuki kemo ke enamku


Memasuki kemo terakhir…

Aku pindah di tempat yang tidak biasa…karena kamar sudah penuh.
Mereka mempersiapkan segalanya, namun karena perawat tidak terbiasa menghadapiku, mereka mencabut kembali jarum suntik yang sudah masuk, dan itu membuatku sangat kecewa, karena sedikit trauma dengan jarum suntik, dan semua itu membuatku menangis tersedu sedu, untungnya suster lain yang lebih senior berbaik hati mau menghiburku, dan aku bersedia di lakukan suntik ulang.
Aku bertemu dengan Fransica, teman sekamar…kami berbincang beberapa hal, sayangnya dia mengalami muntah hebat karena tak sanggup dengan kemo tsb, syukurlah aku bisa melewati kemo terakhir dengan baik.

Puji Tuhan sudah kulewati enam seri kemoterapi dengan baik, tanpa ada satu halangan