Sunday 16 July 2017

Beberapa Pandangan Mengenai Kematian


Beberapa Pandangan Mengenai Kematian

“Sesungguhnya mati adalah janji yang ditepati. Kematian itu berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjang di mana ia berbaring dengan jarak tak terjangkau”.


Apabila engkau dengan sungguh hati menangkap hakikat kematian, bukalah hatimu selebar-lebarnya untuk wujud kehidupan, sebab kehidupan dan kematian adalah satu, sebagaimana sungai dan lautan adalah satu”.
Khalil Gibran

Membaca judulnya saja, pembaca akan menerka-nerka apa maksud penulis menyampaikan ini.
Tidak ada hal besar yang membuat saya menulis ini, tulisan ini sudah saya tulis sejak tahun 2015, dalam suatu perziarahan singkat saya.

Pemahaman Kematian dari beberapa sudut pandang.

Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan. Bagaimanakah rasa kematian? Dapat saja dikatakan bahwa kematian itu sebagai suatu hal yang menyenangkan, atau bahkan hal yang paling mengerikan. "When life ends, the mistery of life begins".
Orang akan memulai hidup kekal setelah kematian. Kematian itu misteri yang tak terpecahkan, yang dapat kita lakukan sekarang hanyalah berbuat kebaikan. Serta apa yang diperintahkan dalam ajaran yang diimani, agar mendapatkan kehidupan kekal itu.

Mati menurut Al-Quran, adalah terpisahnya ruh dari jasad, sementara Hidup adalah bertemunya ruh dengan jasad. Kita mengalami saat terpisahnya ruh dari jasad sebanyak dua kali dan mengalami pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula. Terpisahnya ruh dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam ruh, ini adalah saat mati yang pertama. Seluruh ruh manusia ketika itu belum memiliki jasad.

Pada saat hidup yang kedua, Allah menciptakan jasad yang baru dihari berbangkit, jasad baru itu akan hidup setelah Allah memasukan ruh yang selama ini disimpan dialam barzakh kedalam tubuh tersebut. Kehidupan yang kedua ini adalah kehidupan yang abadi, tidak ada lagi kematian atau perpisahan antara ruh dengan jasad sesudah itu.
Proses hidup dan mati diatas ternyata yang mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad, sedangkan ruh tidak pernah mengalami kematian dan musnah. Ruh tetap hidup selamanya, ia hanya berpindah tempat, mulai dari alam ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan terakhir dialam Akhirat.

Dalam Kejadian 2:7 menjelaskan bahwa manusia itu berasal dari debu, lalu diberi nafas hidup oleh Allah.
Dan tentang kematian ditulis pada Kejadian 3:19 Kematian, pada akhir kehidupan, manusia akan kembali menjadi debu, tetapi rohnya akan kembali kepada Allah, Sang Penciptanya, lihatlah roh tidak mati. dan tertulis dalam Pengkhotbah 12:7 Dari debu kembali menjadi tanah seperti semula, dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.

Spirago-Clarke, pengarang buku The Catechism Explained-An Exhaustive Explanation of the Catholic Religion, menyebutkan bahwa segera setelah kematian, maka jiwa kita akan diadili, yang disebut  Particular Judgment atau Pengadilan Khusus. Pengajaran ini selaras dengan ajaran St. Agustinus, yang mengatakan ‘Begitu jiwa meninggalkan tubuh, maka jiwa tersebut diadili’. Juga seperti yang dinyatakan dalam Alkitab, pada kisah yang dialami oleh Lazarus dan orang kaya itu setelah kematian mereka,  Luk 16:16-31. Demikian pula Rasul Paulus mengajarkan, manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.”Maka di saat kematian kita akan diminta pertanggungan jawab atas urusan kita.  Tuhan sendiri telah mengajarkan bahwa gaji pekerja tidak boleh ditunda, maka Ia sendiri pasti memenuhi peraturan tersebut, dan Ia akan memberi penghargaan kepada mereka yang telah melakukan tugasnya di dunia dengan setia seturut perintah-perintah-Nya. St. Ambrosius : ‘Kematian adalah penghargaan perbuatan baik, mahkota dari panen’.”
Umat Katolik menyadari bahwa Tuhan Yesus akan duduk sebagai Hakim, seperti yang sudah IA sampaikan pada Malam Perjamuan Terakhir, Yesus berjanji kepada para rasul-Nya untuk datang kembali setelah kenaikan-Nya ke surga dan untuk membawa mereka kepada diri-Nya, yang bisa dibaca pada Yoh 14:3.

Roh manusia yang meninggal tidak tinggal 40 hari di bumi, namun langsung diadili oleh Yesus, dalam Pengadilan Khusus, yaitu pengadilan khusus pribadi orang tersebut.

Pada beberapa pada riwayat hidup para Orang Kudus, dan kaum mistik yang kita kenal di Gereja Katolik, mereka mendapat pengalaman dikunjungi oleh jiwa-jiwa yang ada di Api Penyucian yang memohon doa dari mereka, agar jiwa-jiwa ini dapat segera beralih ke surga. Padre Pio dan Maria Simma adalah contoh dari mereka yang pernah dikunjungi oleh para jiwa di Api Penyucian tersebut suatu kondisi’pemurnian jiwa.



Budha mendefinisikan bahwa kematian atau kepadaman unsur-unsur batiniah dan jasmaniah pada tiap-tiap saat akhir (bhanga).

Kematian pada dasarnya diakibatkan oleh empat macam sebab, yaitu habisnya usia (âyukkhaya), akibat perbuatan penyebab kelahiran serta perbuatan pendukung (kammakkhaya), akibat perbuatan (ubhayakkhaya), atau terputus oleh kecelakaan, bencana atau malapetaka (upacchedaka)
Empat sebab kematian ini dapat diumpamakan seperti empat sebab kepadaman pelita, yaitu karena habisnya sumbu, habisnya bahan bakar, habisnya sumbu serta bahan bakar dan karena tertiup angin.


Umat Hindu mempercayai bahwa penjelmaan dan kematian adalah sebagai pandangan jiwa beralih daripada satu badan ke satu laluan untuk mencapai Nirwana, yaitu syurga. Kematian adalah satu peristiwa yang menyedihkan. Manakala sami-sami Hindu menekankan pengebumian adalah satu penghormatan dan tanda peringatan kepada si mati. Masyarakat Hindu membakar mayat mereka, percaya bahawa pembakaran satu mayat menandakan pembebasan semangat dan api adalah mewakili shiva, yaitu dewa pemusnah.

Semoga tulisan singkat ini, membantu kita lebih memahami tentang makna sebuah kematian.

Salam
Maria Goretty Nereng


No comments: